Selasa, 14 Juni 2016

Dinner Bersama KPU dan Sanggar Caraka Buana

Pada beberapa bulan terakhir, terdapat banyak kegiatan yang telah diselenggarakan dan akan diikuti oleh KBRI Pretoria. Kegiatantersebut diantaranyaadalah rangkaian Pemilihan Umum (Pemilu) di wilayah Afrika Selatan yang telah selesai dilaksanakan, dan pada bulan Oktober 2014 ini adalah pelaksanaan Resepsi Diplomatik dalam rangka HUT RI dan TNI ke-69. Sedangkan kegiatan yang akan diikuti diantaranya adalah annual diplomatic fair yang akan berlangsung pada tanggal 25 Oktober 2014. 

Berkenaan dengan hal tersebut, pada tanggal 24 Oktober 2014, Bapak Suprapto Martosetomo, Duta Besar RI untuk Afrika Selatan dan Ibu Suprapto menjamu para tamu dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Sanggar Caraka Buana bertempat di Wisma Duta. Jamuan makan malam juga dihadiri oleh seluruh staf KBRI beserta istri dan Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Pretoria. 

Makan malam berlangsung hangat, dan dalam kesempatan tersebut juga diperkenalkan para tamu dari KPU, Sanggar Caraka Buana, serta staf KBRI Pretoria. Delegasi KPU terdiri dari Sekjen KPU, seorang staf KPU, serta perwakilan Pokja PPLN Kementerian Luar Negeri. Sekjen KPU sebagai pimpinan delegasi mengucapkan terima kasih atas undangan jamuan makan malam dari Bapak Duta Besar dan menyampaikan bahwa maksud kedatangan ke Pretoria adalah untuk melakukan evaluasi pelaksanaan rangkaian Pemilu tahun 2014 di Pretoria, sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan Pemilu yang lebih baik di masa yang akan datang. 

Sementara itu, Sanggar Caraka Buana yang terdiri dari pimpinan sanggar, para penari, serta Berto (pemain Sasando), yang sebelumnya telah memeriahkan Resepsi Diplomatik pada tanggal 21 Oktober 2014 dan melakukan workshop di University of Pretoria, juga akan berpartisipasi dalam annual diplomatic fair yang diadakan oleh The Department of International Relations and Cooperation (DIRCO), Afrika Selatan di Union Building. Sanggar Caraka Buana juga akan menghibur warga Cape Malay dalam malam budaya Indonesia dan komunitas Cape Malay Bostmon pada tanggal 25 Oktober 2014.

Jamuan makan malam ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan dari KPU, yang esok akan kembali ke tanah air, kepada Bapak Duta Besar.

Senin, 16 Mei 2016

Kemenlu Ajak Pelajar Asing Pelajari Budaya Indonesia

Pemerintah Indonesia semakin gencar memperkenalkan budaya Indonesia di kancah internasional. Melalui Kementerian Luar Negeri, Pemerintah membuka secara resmi program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) 2016 di Gedung Pancasila, Jakarta, Jumat (13/5).

Pembukaan program BSBI ini dihadiri para duta besar dari negara sahabat yang turut serta dalam program BSBI 2016. Selain itu, hadir pula pencetus kegiatan BSBI pada tahun 2003, mantan Menlu RI, Hassan Wirajuda. "Thousand Islands Made in Heaven" menjadi tema BSBI tahun ini.

Wamenlu AM Fachir dalam sambutannya menyampaikan keyakinannya bahwa periode tiga bulan yang akan dijalani para peserta BSBI 2016 untuk mempelajari seni dan budaya Indonesia tidak akan sia-sia.
"60 pemuda dari 41 negara berkumpul di sini. Saya melihat potensi dari ekpresi bahagia para pemuda-pemudi di depan saya untuk belajar dan tahu lebih banyak tentang Indonesia," sapa Wamenlu Fachir. "The more you learn about Indonesia, the deeper you will fall in love with Indonesia."
60 peserta yang berasal dari negara-negara di kawasan Asia, Pasifik, Afrika, dan Eropa tersebut merupakan hasil saringan lebih dari 300 orang pendaftar program BSBI 2016 dari 46 negara.
Pada awal penyelenggaraannya, program BSBI ditujukan bagi negara anggota South West Pacific Dialogue (SWPD) seperti Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, Filipina, dan Timor Leste, dengan Indonesia sebagai tuan rumah. Seiring perkembangan, peserta diperluas ke negara-negara ASEAN+3, PIF, dan dari berbagai penjuru dunia lainnya.
Alumni program BSBI sampai saat ini berjumlah 658 yang tersebar di 60 negara. Dalam acara pembukaan diputar snapshot kegiatan-kegiatan yang dilakukan para alumni selama mengikuti program BSBI pada tahun-tahun sebelumnya. Lagu "Indonesiaku" juga merupakan gubahan salah satu alumni BSBI dari Papua Nugini yang bernama Vincent Lagea.
"Pada Februari 2016, alumni BSBI dari Indonesia telah membentuk Association of Indonesian Arts and Culture Scholarship Alumni," ujar Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Dubes Esti Handayani, pada laporannya. Ikatan alumni program BSBI ini bertujuan untuk memberdayakan para alumni BSBI dalam memperkuat pemahaman budaya, people-to-people contact, dan mempromosikan Indonesia di negara-negara asal alumni.
Menjelang akhir acara pembukaan, para peserta berkesempatan mendengarkan secara langsung live video testimoni dari alumni BSBI yang berasal dari Fiji, Saula Tuikoro, dan Timor Leste, Richel Teji. Keduanya menceritakan pengalaman singkat mereka selama mengikuti program BSBI. Selain kedua alumni BSBI, ada juga testimoni dari Mr. Samson Yabon, Director of ASEAN Cooperation Kemlu Papua Nugini, dan Mr. Anar Naghiyev, Dean of the Faculty of Regional Studies and International Relations, Azerbaijan University of Language.
"Saya berharap semoga peserta BSBI dari Timor Leste ditambah, dan diadakan reuni bagi para alumni BSBI," kata Richel dalam Bahasa Indonesia yang lancar.
Selanjutnya para peserta BSBI akan dibagi ke dalam lima kelompok yang akan mempelajari seni dan budaya Indonesia secara lebih intensif di sanggar-sanggar yang bekerja sama dengan Kemlu di lima kota, yaitu Tydif Art Center di Surabaya, Smaradhana Art Center di Denpasar, Rumata Art Center di Makassar, dan Sofiani Arts Center di Padang.
Sementara itu satu kelompok akan berkesempatan mengikuti kuliah-kuliah pada Jurusan Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPN Veteran) Yogyakarta. Di UPN Veteran, para peserta akan belajar tentang kebijakan luar negeri Indonesia di dunia dan kawasan, di samping juga mendalami seni dan budaya Indonesia. 

Sumber : kemlu.go.id

Selasa, 26 April 2016

Pianis Muda Indonesia Tampil Memukau Di Sydney


Masih sangat muda, baru berumur 14 tahun, Michelle Wijaya tampil dalam pianoforte solo piano recital di Utzon Room, Opera House Sydney (22/4). Penampilan piano Michelle yang memainkan karya-karya klasik GF Handell (Chaccone in G Major g.229), WA Mozart (k.265 - 12 Variations on "Ah, Vous jirai - de maman"), LV Beethoven (32 Variations in c minor, Wo0.80), dan FP Schubert (Impromptu D. 935 Op. 142 no. 3) telah memukau para tamu yang hadir.

Penampilan Michelle ditutup dengan memainkan karya Jaya Suprana bertema "Gethuk". Penampilan Michelle terakhir ini sungguh memukau sehingga para tamu memberikan standing ovation untuk Michelle. "Gethuk" dimainkan dalam variasi nada, dimulai dengan melodi bas dan mengalir dengan melodi lainnya, termasuk running arpeggios, dangdut, variasi minor, variasi mayor dan berakhir dengan notasi pentatonik.

Michelle Wijaya mulai belajar piano di usia tujuh tahun. Bakatnya semakin terasah sampai tingkat advance sejak bergabung dengan The Jaya Suprana School of Performing Art.
Penampilan Michelle mendapat sambutan luar biasa dari publik Australia di Sydney. Di awal acara, Konsul Jenderal RI Yayan GH Mulyana menyampaikan sambutan pembuka. Dalam sambutan tersebut Konjen RI menyampaikan antara lain arti penting dari kegiatan Bapak Jaya Suprana ini dan penampilan Michelle di Sydney bagi penguatan people-to-people linkages Indonesia - Australia. (KJRI Sydney/yyn)

Minggu, 24 April 2016

Budaya Indonesia di Mancanegara


KBRI Tashkent kembali memperkenalkan seni dan budaya Indonesia kepada khalayak setempat.

KBRI Tashkent berpartisipasi dalam Festival of Fine and Applied Art yang digelar di gedung Academy of Art of Uzbekistan, Tashkent (18-22/4).


Sesuai tema yang diusung panitia, KBRI tampilkan khazanah budaya melalui busana daerah tradisional, batik beragam jenis, serta display wayang dan topeng sebagai karya seni bernilai tinggi. Tak ketinggalan pula alat musik angklung dan gamelan menghiasi stand KBRI. Pengunjung stand berkesempatan melihat dari dekat sekaligus memainkan langsung angklung dan gamelan yang dipajang. Ketertarikan pengunjung setempat terbukti dari permintaan Academy of Art agar KBRI terus memboyong kedua alat musik dimaksud dalam setiap acara yang dilaksanakan sekolah seni terbesar di seantero Uzbekistan tersebut.

Dubes RI Tashkent, Alit Santhika, secara langsung memberikan penjelasan kepada pengunjung stand tentang setiap materi yang ditampilkan. Tak hanya itu, Dubes juga turun langsung memperagakan cara memainkan angklung dan gamelan yang menarik pengunjung. Salah satu stasiun TV lokal juga melakukan wawancara sekaligus meliput display stand KBRI

Festival of Fine and Applied Art merupakan perhelatan tahunan yang menampilkan karya-karya seniman lokal Uzbekistan, sekaligus kesempatan bagi perwakilan asing di Uzbekistan menampilkan kekayaan budaya-nya. Untuk itu, melalui event ini, diharapkan publik tidak hanya mengetahui karya seni setempat tapi juga karya seni luar Uzbekistan. KBRI akan terus memanfaatkan event serupa agar semakin banyak warga setempat yang mengenal karya seni budaya Indonesia. (Sumber: KBRI Tashkent)