Tuesday, April 26, 2016

Pianis Muda Indonesia Tampil Memukau Di Sydney


Masih sangat muda, baru berumur 14 tahun, Michelle Wijaya tampil dalam pianoforte solo piano recital di Utzon Room, Opera House Sydney (22/4). Penampilan piano Michelle yang memainkan karya-karya klasik GF Handell (Chaccone in G Major g.229), WA Mozart (k.265 - 12 Variations on "Ah, Vous jirai - de maman"), LV Beethoven (32 Variations in c minor, Wo0.80), dan FP Schubert (Impromptu D. 935 Op. 142 no. 3) telah memukau para tamu yang hadir.

Penampilan Michelle ditutup dengan memainkan karya Jaya Suprana bertema "Gethuk". Penampilan Michelle terakhir ini sungguh memukau sehingga para tamu memberikan standing ovation untuk Michelle. "Gethuk" dimainkan dalam variasi nada, dimulai dengan melodi bas dan mengalir dengan melodi lainnya, termasuk running arpeggios, dangdut, variasi minor, variasi mayor dan berakhir dengan notasi pentatonik.

Michelle Wijaya mulai belajar piano di usia tujuh tahun. Bakatnya semakin terasah sampai tingkat advance sejak bergabung dengan The Jaya Suprana School of Performing Art.
Penampilan Michelle mendapat sambutan luar biasa dari publik Australia di Sydney. Di awal acara, Konsul Jenderal RI Yayan GH Mulyana menyampaikan sambutan pembuka. Dalam sambutan tersebut Konjen RI menyampaikan antara lain arti penting dari kegiatan Bapak Jaya Suprana ini dan penampilan Michelle di Sydney bagi penguatan people-to-people linkages Indonesia - Australia. (KJRI Sydney/yyn)

Sunday, April 24, 2016


KBRI Tashkent kembali memperkenalkan seni dan budaya Indonesia kepada khalayak setempat.

KBRI Tashkent berpartisipasi dalam Festival of Fine and Applied Art yang digelar di gedung Academy of Art of Uzbekistan, Tashkent (18-22/4).


Sesuai tema yang diusung panitia, KBRI tampilkan khazanah budaya melalui busana daerah tradisional, batik beragam jenis, serta display wayang dan topeng sebagai karya seni bernilai tinggi. Tak ketinggalan pula alat musik angklung dan gamelan menghiasi stand KBRI. Pengunjung stand berkesempatan melihat dari dekat sekaligus memainkan langsung angklung dan gamelan yang dipajang. Ketertarikan pengunjung setempat terbukti dari permintaan Academy of Art agar KBRI terus memboyong kedua alat musik dimaksud dalam setiap acara yang dilaksanakan sekolah seni terbesar di seantero Uzbekistan tersebut.

Dubes RI Tashkent, Alit Santhika, secara langsung memberikan penjelasan kepada pengunjung stand tentang setiap materi yang ditampilkan. Tak hanya itu, Dubes juga turun langsung memperagakan cara memainkan angklung dan gamelan yang menarik pengunjung. Salah satu stasiun TV lokal juga melakukan wawancara sekaligus meliput display stand KBRI

Festival of Fine and Applied Art merupakan perhelatan tahunan yang menampilkan karya-karya seniman lokal Uzbekistan, sekaligus kesempatan bagi perwakilan asing di Uzbekistan menampilkan kekayaan budaya-nya. Untuk itu, melalui event ini, diharapkan publik tidak hanya mengetahui karya seni setempat tapi juga karya seni luar Uzbekistan. KBRI akan terus memanfaatkan event serupa agar semakin banyak warga setempat yang mengenal karya seni budaya Indonesia. (Sumber: KBRI Tashkent)