Monday, April 7, 2014

40 Tahun Selebrasi Gamelan Indonesia Di Selandia Baru

Selasa, 01 April 2014
Naga, Selebrasi 40 tahun Gamelan di Selandia Baru
​Buah karya grup gamelan Padhang Moncar dan Taniwha Jaya di Selandia Baru yang meluncurkan CD baru berjudul “NAGA” (30/03). Peluncuran CD baru tersebut sekaligus menandai rangkaian peringatan 40 tahun gamelan Jawa tiba dan dipelajari di Wellington, Selandia Baru. Acara tersebut berlangsung meriah di Adams Concert Room, New Zealand School of Music (NZSM).

Peluncuran CD "NAGA" dihadiri langsung oleh Duta Besar RI, Jose Tavares, Walikota Wellington, Celia Wade–Brown, serta Deputy Director NZSM, Associate Prof. Green Garden, Manajer Gamelan Padhang Moncar, Associate Prof. Jack Body, Direktur Gamelan Taniwha Jaya, Gareth Farr bersama sekitar 150 orang.


Karya-karya musik baru gamelan pada CD berjudul “NAGA” tersebut merupakan hasil karya terbaru para anggota kelompok Padhang Moncar dan Taniwha Jaya.

Dalam kesempatan peluncuran itu, ditampikan sejumlah karya baru gamelan Jawa seperti “Nusantara Indah” karya Dedek Wahyudi dan “De la Noche de la Muerte” karya Briar Prastiti, serta gamelan Bali “Sekar Gendot” dan “Tinggal” karya Dr. Megan Collin.

“Saya sangat terkesan dengan antusiasme dan keseriusan warga Selandia Baru dalam mempelajari budaya Indonesia, dan KBRI Wellington akan terus mendukung pengembangan gamelan di Selandia Baru” demikian disampaikan Duta Besar Jose Tavares dalam sambutannya.

Pada kesempatan tersebut, Duta Besar juga memberikan sumbangan 3 set angklung kepada New Zealand School of Music.

Gamelan di Selandia Baru

Gamelan pertama kali tiba di Selandia Baru pada akhir tahun 1974, ketika Dr. Allan Thomas membeli seperangkat alat gamelan dari Cirebon di pantai utara Jawa Barat. Bersama Associate Prof. Jack Body, Dr. Allan membawa gamelan tersebut dari Auckland ke Wellington sebagai bagian dari program musikologi di Victoria University.

Pada tahun 1977, Perdana Menteri Selandia Baru, Norman Kirk mengunjungi Indonesia untuk pertama kalinya. Pada saat itu, Ibu Negara Tien Soeharto, memberikan hadiah 12 set gamelan Jawa kepada berbagai institusi di seluruh dunia, termasuk Kedutaan Besar Republik Indonesia di Wellington.

Duta Besar Indonesia pada saat itu menjalin kerja sama dengan School of Music Victoria University dan meminjamkan secara permanen seperangkat gamelan ‘pelog’ untuk sarana belajar bagi staf dan mahasiswa.

Dalam mendukung pengembangan gamelan di Victoria University, KBRI Wellington telah menyediakan tenaga bantuan guru gamelan yang juga pegawai setempat Kedutaan antara lain Midiyanto (1983-1986), Joko Sutrisno (1988 hingga 1995) - keduanya pindah ke Amerika Serikat serta Budi S. Putra sejak tahun 1996 hingga saat ini untuk pengajaran Gamelan Jawa.

Gamelan Bali juga diajarkan sebagai mata kuliah (PERF250) bagian dari program musikologi di NZSM oleh salah satu komposer muda terbaik Selandia Baru, Gareth Farr.

Padhang Moncar, Gamelan Indonesia dan "The Hobbit"

Padhang Moncar didirikan pada masa Duta Besar Abdul Irsan dan telah melakukan tour ke Indonesia 4 kali termasuk pada Juli 2013, dengan mengunjungi dan melakukan kolaborasi gamelan di enam kota di Indonesia antara lain Jakarta, Yogyakarta, Magelang, Solo, Malang dan Bali.

Dalam kunjungan 21 hari tersebut Padhang Moncar dan Taniwha Jaya melakukan 14 kali pertunjukkan termasuk di TMMI, Festival Kesenian Yogyakarta, International Gamelan Festival Yogyakarta, kolaborasi dengan sekolah menengah dan umum serta  perguruan tinggi seperti Universitas Gajah Mada, dan Universitas Brawijaya. 

Padhang Moncar dan Taniwha Jaya juga telah  dua kali pada tahun 2002 dan 2013 terlibat dalam festival budaya tahunan terbesar di Selandia Baru yaitu “World Music and Dance (WOMAD)” yang digelar di kota New Plymouth dengan menampilkan kolaborasi wayang kulit dengan dalang Dr. Joko Susilo (University of Otago,Dunedin) dengan jumlah pengunjung lebih dari 25.000 per hari.

Prestasi terbaru gamelan Padhang Moncar adalah menjadi elemen penting dalam salah satu soundtrack film “Hobbit 2”, karya produser dan sutradara terkemuka Selandia Baru, Sir Peter Jackson. (Sumber: KBRI Wellington)

No comments:

Post a Comment