Indonesian culture (Kebudayaan Indonesia) cared,
quiet and magical covered Bangsal Kencono. When the gamelan hitter
playing slowly “Gending Ladrang Prabu Anom”, where accompanied the nine
princes dancer who walked into the Bangsal Kencono wings no less then
slow. In the swaying of the dancers began to crouch into position to
worship, respect the human symbol of God as Creator and make jengkeng
worship to Sultan as the palace ruler.
Bedhaya Dance |
Sakral, hening serta magis mendadak menyelimuti Bangsal Kencono. Sesaat
para pengetuk gamelan perlahan memainkan gending Ladrang Prabu Anom
dalam mengiringi sembilan penari putri yang melangkah tak kalah
lambannya memasuki sayap Bangsal Kencono. Dalam gemulai para penari
mulai merunduk mengambil posisi sembahan, perlambang manusia menghormati
Tuhan sebagai Sang Pencipta dan melakukan sembahan jengkeng kepada
Sultan sebagai penguasa Keraton.
Lowering the shoulder motion, chin is
pulled, bending the wrist snaps while occasionally waving scarves –
created tension in the power expression of dancer’s body becomes The
Bedhaya Dance characteristics. The female classical Javanese dance which
is fine, noble – talk about a legend, chronicle, or history.
Gerak merendahkan bahu, dagu ditarik, pergelangan tangan gemulai
sambil sesekali menghentak mengibaskan selendang – menciptakan tegangan
daya ekspresi dalam tubuh penari menjadi karakteristik Tari Bedhaya.
Tarian putri Jawa klasik yang adiluhung, halus, luhur – bercerita
tentang legenda, babad ataupun sejarah.
Like Angels, the faces of the nine
dancer almost the same. Beautiful, elegant and shine – in her dressing
and make up typical Javanese bride. Paes Ageng makeup composition groove begins on the forehead of a given paesan black colour. Prada (gold) lines layer clarify surround the outside paesan. Not miss wajikan (diamond) in the middle of forehead, make menjangan ranggah (deer) eyebrow shape,and Hair rolled up a series of jasmine flowers.
Bagai bidadari, paras sembilan penari hampir serupa. Ayu, anggun
dan bersinar – dalam balutan dan Goresan wajah khas mempelai putri
pengantin Jawa. Alur komposisi rias paes ageng dimulai pada dahi yang
diberi paesan berwarna hitam. lapisan garis prada (emas) mengelilingi
mempertegas garis luar paesan. Tak luput Wajikan ditengah dahi,
bentukan alis menjangan ranggah, hingga rambut tergulung kembang melati
rangkai.
Dodot Dressing, the form of batik cloth
patterned Cinde and kampuh with cement colour combined with a necklace
of light and the plates are piled on the shoulders add a touch of the
upper arm. Wearing subang and sumping ron in the ears. Dodot tight
clothing does not restrict the movement of dance for an hour without
stopping. Curved movements are still flowing into formations that make
change an interesting story.
Balutan busana dodot berupa kain bermotif cinde dan kampuh
berwarna semen berpadu dengan kilau kalung susun serta plat bahu
menambah sentuhan pada lengan bagian atas, sedang pada daun telinga
terselip sumping ron dan subang. Seakan rapatnya dodot-an tak membatasi
gerak tari selama satu jam tanpa henti, Gerak-gerak lengkung terus
mengalir (mbanyu mili) membuat formasi berubah-ubah menjadikan alur
cerita yang apik.
Not always classy, high-tempo battle
scenes in the last two dancers with half running trying to push a keris
to each other. War is used as a symbol of internal confusion people a
choice of good or bad, muffle lust, must be humble, honest in word and
action that is realized through Harjuna figures.
Tak melulu gemulai, adegan perang dalam tempo tinggi membuat dua
orang penari dengan setengah berlari saling mencoba menghunuskan keris.
Perang yang dijadikan simbol dari pergolakan batin manusia dalam
menentukan pilihan kebaikan atau keburukan, meredam hawa nafsu, harus
rendah hati, jujur dalam ucapan dan tindakan yang diwujudkan melalui
sosok Harjuna.
Harjuna Wijaya” Bedhaya Dance, is the
third creation of Sri Sultan Hamengku Buwana X. His debut in 2007
entitled “Arjuna Wiwaha”. In 2004, coincides with the celebration of Sri
Sultan Hamengku Buwana IX as the national hero created “Amurwo Bumi” is
a form of respect for his father (Sri Sultan Hamengku Buwana IX).
Helped by R Riya Kusumaningrat (RAy Sri Kadaryati) as senior stylist
dance received orders from Sri Sultan for this Bedaya Dance. Motion
search process begins with translating synopsis of the story directly by
Sri Sultan.
Tari Bedhaya “Harjuna Wijaya” yang diciptakan oleh Sri Sultan
Hamengku Buwana X kali ini menjadi garapannya yang ketiga. Karya Perdana
beliau Tahun 1997 berjudul “Arjuna Wiwaha”. Di Tahun 2004 bertepatan
dengan peringatan Sri Sultan Hamengku Buwana IX sebagai pahlawan
nasional terciptalah “Amurwo Bumi” yang menjadi wujud penghormatan
beliau kepada ayahnya (Sri Sultan Hamengku Buwana IX). Dibantu R Riya
Kusumaningrat (RAy Sri Kadaryati) selaku penata tari senior yang
sekaligus mendapat Dhawuh dari Sri Sultan untuk menggarap tari bedaya
ini, proses pencarian gerak diawali dengan menerjemahkan sinopsis cerita
yang ditulis langsung oleh Sri Sultan.
By Sri Sultan “Harjuna Wijaya” Bedhaya
Dance, is about Harjuna figures – not a figure who frequently change
partners, but he is a true warrior as well as a real human being that
led to the perfect level, a man who know the events that had happened
and deserve to be role models for the knights and humans.
Tari Bedhaya “Harjuna Wijaya”
menceritakan tentang tokoh Harjuna yang menurut anggapan Sri Sultan
bukanlah tokoh yang sering gonta-ganti pasangan, melainkan ksatria
sejati yang berjuluk lananging jagad wujud nyata manusia yang sudah
menuju tataran sempurna yang bertugas “memayu hayuning bawana”, ksatria
yang waskitha (mengetahui kejadian yang belum terjadi) hingga pantas
menjadi teladan bagi para satria dan manusia biasa.
Harjuna is a true Warrior, a perfect example of people who live their lives with a focus on three things: Tirta Martini; springs
of human life, “banyu penguripan” became the core of water resources
in the human body (sperm). Tirta Kamandanu; Container of the sperm
(ovary) human beings, the principle of sperm and ovaries fulfilled at
the time of husband and wife make sexual intercourse. The last, Tirta Prawita Sari; when tirta martani and tirta kamandanu
blends in wife’s body, will grow the strength charisma radiated light.
From the beginning that people always have to remember to know and
evaluate each event so that people will get lessons that mankind would
become world light.
Harjuna adalah sejatining satriya, contoh manusia sempurna yang
dalam menjalani kehidupannya dengan mengedepankan tiga hal: Tirta
Martini; sumber air kehidupan manusia “banyu penguripan” menjadi inti
daya air yang berada di tubuh manusia (sperma). Tirta Kamandanu; Banyu
wiji tempat/wadah sperma lan madzi (indung telur) manusia, awal mula
sperma dan indung telur bertemu pada saat suami istri melakukan
persetubuhan. Terakhir, Tirta Prawita Sari; dengan menyatunya tirta
martani dan tirta kamandanu didalam tubuh manusia (istri) akan
menumbuhkan kekuatan, cahaya wibawa terpancar. Dengan diawali bahwa
manusia harus selalu ingat, tahu dan mengkaji setiap peristiwa
(kenyataan) maka manusia akan mendapatkan karomah keghoiban, hingga
manusia akan menjadi “minyak wewadosing jagad” (terang bagi dunia).
If bedhaya dance embodied in the life
of an individual may be interpreted as a symbol of wind direction, the
position of planets in the life of the universe, and symbol nine air
holes in the human body as the completeness of life. Hole in the both
eyes, two nostrils, one mouth, two ears, one male/female sex, and one
hole in backside.
Bedhaya bila diwujudkan dalam kehidupan manusia dapat diartikan
sebagai lambang arah mata angin, arah kedudukan planet-planet dalam
kehidupan alam semesta dan lambang sembilan lubang hawa dalam tubuh
manusia sebagai kelengkapan hidup atau dalam bahasa Jawa disebut sebagai
babadan hawa sanga yaitu; lubang dikedua mata, dua buah lubang hidung ,
satu mulut, dua buah kuping, satu lubang kemaluan dan satu lubang
pelepasan.
According to Javanese society, the nine
elements of air holes that have in the control of human life and can
cause many problems if not maintained and controlled. Received message,
that human beings are expected to surrender, and always doing
introspection through reflection, meditation and dialogue with God.
Menurut masyarakat Jawa sembilan unsur lubang hawa inilah yang
memegang kendali dalam kehidupan manusia dan bisa mengakibatkan berbagai
masalah jika tidak dijaga dan dikendalikan dengan baik. Pesan yang
tersampaikan bahwa manusia diharapkan mampu berserah diri, tawakal dan
selalu melakukan introspeksi diri dengan melakukan perenungan,
tapa/samadi dan berdialog dengan Yang Maha Kuasa.
Motion of Bedhaya Dance which is laden
with symbolic values and philosophy of krawuh dance Mataram, draw
conclusions on the lives of the world will link, and more oriented
toward self-understanding, self-reflection among human beings as
individual persons with the gods. Life must be seen as a struggle not
only done without meaning.
Gerak Tari Bedhaya Harjuna Wijaya yang sarat muatan nilai
simbolik dan filosofi kawruh joget Mataram, menarik benang merah akan
keterkaitan pada kehidupan didunia dan lebih berorientasi kepada
pemahaman diri sendiri, perenungan diri antara manusia sebagai pribadi
individual dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Hidup harus dilihat sebagai
perjuangan bukan hanya dijalani tanpa arti.
Dance Bedhaya guide us in determining
the choice of good or bad, should curb appetite humble, honest in word
and action. Toward the human level though not as perfect as perfect
Harjuna figures.
Tari Bedhaya memandu kita dalam menentukan pilihan kebaikan atau
keburukan, meredam hawa nafsu, harus rendah hati, jujur dalam ucapan dan
tindakan. Menuju tataran manusia yang sempurna meski tak sesempurna
tokoh Harjuna. (source: Indonesia Culture.Net)
No comments:
Post a Comment